Langsung ke konten utama

Kebersamaan Kita.

Di ujung malam seperti ini, perempuan pada umumnya sudah berada di tempat tidur. Menarik selimutnya sampai menutup bahu untuk menghindari dingin malam yang mencekam atau dinginnya air conditioner kamar.

Ini salahku jika sampai saat ini aku belum terpejam, aku selalu sulit mencari kantuk. Entah mengapa sulitnya mencari kantuk sama seperti sulitnya memahami keinginanmu.

Saat menulis ini, aku habis memerhatikan isi kicauanmu bersama seseorang yang tak kukenal. Seseorang yang tampak mesra denganmu, dalam tutur kata, entah dalam dunia nyata. Aku menebak-nebak dan karena teka-teki itulah aku jadi terluka parah.

Seharusnya tak perlu kuikuti rasa keingintahuanku. Tak perlu lagi kucari-cari kabarmu dari sudut dunia maya itu, tempat segala kemesraan bisa terjalin tanpa kutahu; apakah itu nyata atau drama belaka.

Begitu cepat kaudapatkan yang baru, Sayang. Sementara di sini, aku masih menunggu kamu pulang. Aku tak temukan tangis dalam hari- harimu, nampaknya setelah perpisahan kita, kamu terlihat baik baik saja. Tak ada luka. Tak ada kegalauan. Tak ada duka. Kamu masih bisa tertawa, aku tak tahu pria macam apa yang dulu pernah kucintai dengan sangat hati-hati.

Hampir setiap malam atau bahkan setiap saat, aku masih sering merindukanmu. Mengingat betapa dulu kita pernah baik-baik saja. Aku
pernah kaubahagiakan, kauberi senyuman, kaubuat tertawa, juga terluka.

Pada pertemuan kita belasan minggu yang lalu, kamu menggenggam jemariku seakan memberitahu bahwa kamu tak ingin melepaskanku. Kamu menatap mataku sangat dalam bahkan tak
menggubris handphone mu yang penuh dengan chat dan panggilan. Saat itu, aku merasa begitu spesial,
merasa begitu penting bagimu. Dan, inilah salahku, mengharapkanmu yang terlalu tinggi.

Jujur, mungkin saat ini aku memang tak lagi mencintaimu. Tapi, sisa-sisa rasa sakit itu masih ada. Aku belum bisa menerimamu menjauh tiba-tiba seperti itu. Mengapa aku tak bisa menerima semua secepat kamu menerima perpisahan kita?

Karena kamulah yang meninggalkanku lebih dulu, menuduhku punya banyak orang yang bisa kujadikan pelarian, mendakwa aku yang berkhianat. Tuan, sungguh aku tak paham maumu. Apa matamu begitu buta untuk melihat bahwa dulu, waktu masih bersamamu, hanya kaulah satu-satunya yang kuperjuangkan dan kuharapkan?

Ingat, kamu pernah bilang bahwa kamu mencintaiku seutuhnya. Sebagai perempuan yang tentu senang diberi harapan, aku tersenyum sambil memainkan rambutmu yang acak-acakan. Aku bersandar di bahumu, sementara tatapan matamu kembali sibuk dengan handphone kesayanganmu.

Kamu merangkulku sambil jemari kirimu membalas chat dari teman-
temanmu. Aku berbisik di telingamu,
memberitahu bahwa sudah waktunya salat ashar. Kamu mengangguk memahami maksudku.
Kamu tahu apa yang kurasakan saat itu? Rasanya aku tak pernah ingin kehilangan kamu, bahkan membayangkannya pun aku terlalu takut. Namun, aku tak sadar, justru
ketika kita bisa begitu mesra, hari itu juga adalah hari terakhir kita bertemu.

Malamnya, semua kebersamaan manis kita, yang kuingkan bisa lebih lama itu, berakhir hanya dengan percakapan beberapa menit. Tiba-tiba, kaubilang aku ini berbeda. Tiba-tiba kau bilang aku terlalu sempurna untukmu. Tiba- tiba kaukatakan bahwa semua tak bisa lagi kita jalani.

Kenapa baru sekarang kamu ucapkan bahwa kebersamaan kita tak akan bertahan lama? Selama ini kamu ke mana? Selama kamu begitu rajin bilang cinta dan rindu, apakah saat itu kamu tak menyadari perbedaan kita?

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Lo Masih Suka Dia Dew?"

Iya. Orang selaaaaaaalu nanya "Lo masih suka dia Dew?" atau ya pertanyaan sejenis itu. Gue ga ngerti sih sebenernya, gue cuma gatau kenapa ga bisa lepasin dia gitu aja. Kayak masih ada sesuatu yang nunggu gue di depan sana. Gue sempet nanya ke guru konseling gue waktu kita ada jam konseling "Bu gimana kalau kita gak bisa Move on?" dan dijawab "Bukan gak bisa, tapi gak mau." Gue.... Gatau sih habisnya setiap gue nyoba buat move on selalu ada aja hal hal kecil yang akhirnya bikin gue gajadi move on ._. Kayak misalnya gue udah ga mau inget inget dia lagi nih, terus tiba tiba gue liat orang pacaran eh jadinya gue keinget lagi tuh pas gue sama dia kayak gimana. Kadang juga misalnya gue lagi di sekolah nih terus dengerin lagi, dan lagu itu bikin gue inget ke dia lagi. Jadi gue semangat move on nya berkurang. Begitu aja terus sampe wakwaw ketemu sama bapaknya, sampe sampah yang numpuk di bantar gebang gak numpuk lagi, sampe kali ciliwung jadi bersih kaya air k...

Orang Ketiga

Aku tidak tau, harus dikatakan seperti apa status hubungan kita saat ini. Apakah aku yang terlalu terbawa perasaan, ataukah kamu yang selalu menebar harapan. Di mata orang lain posisiku akan selalu disalahkan, meski pada kenyataanya kamulah yang lebih dulu memulai api dalam hubunganmu dengan dia. Aku hanyalah sosok asing yang kamu undang masuk dalam hubungan kalian, yang kemudian menjadi penyebab seringnya kamu mengabaikan panggilannya ketika sedang bersamaku. Kamu membuatku berada diposisi yang sebenarnya tak pernah aku inginkan. Ketika sedang bersamanya, kamu mengabaikanku dan berperan seakan hanya dialah satu satunya perempuan dihidupmu. Sedangkan ketika bersamaku, kamu pun melakukan hal yang sama. Ketahuilah, aku tak pernah ingin berada diposisi ini. Menjadi orang ketiga dalam hubungan yang tengah kamu jalin bersamanya. Aku mohon, jangan beri aku harapan lebih ketika kamu masih terikat dengan perempuan lain. Kamu datang kemudian pergi sesuka hati, menggenggam harapan kemudian ...

The Best Moment : Masa SMP.

Demi apa gue kangen banget masa smp gue dulu. Gue nyesel, kenapa waktu berjalan secepet ini. Kenapa dulu gue pengen cepet SMA dan ninggalin masa SMP gue. Gue ga pernah bisa lupain kenangan tiga tahun yang terasa paling indah, di hidup gue. Gue jauh lebih merasa nyaman dan bisa menjadi diri gue sendiri, tanpa paksaan, tanpa tekanan, di SMP gue dulu. Rasanya gue ingin pergi sekolah setiap harinya, walaupun banyak tugas, bete, atau apapun hambatannya, gue selalu suka masa SMP gue dulu. Gue rasanya kangen banget, sama kebodohan dan keteledoran yang dulu gue lakukan di SMP. Kenapa dulu gue ingin sekali cepat cepat menanggalkan seragam kesayangan putih biru gue? Kenapa dulu gue ingin sekali cepat cepat perpisahan? Kelulusan? Gue menyesal. Nyesel nyia nyiain waktu yang gue punya dengan gitu aja. Emang bener kata pepatah, penyesalan selalu datang belakangan. Belakangan ini, setiap gue ingat masa SMP gue dulu, gue bisa dengan gampangnya meneteskan air mata. Lebay emang tapi beginilah gue, si ...