Demi apa gue kangen banget masa smp gue dulu. Gue nyesel, kenapa waktu berjalan secepet ini. Kenapa dulu gue pengen cepet SMA dan ninggalin masa SMP gue.
Gue ga pernah bisa lupain kenangan tiga tahun yang terasa paling indah, di hidup gue. Gue jauh lebih merasa nyaman dan bisa menjadi diri gue sendiri, tanpa paksaan, tanpa tekanan, di SMP gue dulu. Rasanya gue ingin pergi sekolah setiap harinya, walaupun banyak tugas, bete, atau apapun hambatannya, gue selalu suka masa SMP gue dulu. Gue rasanya kangen banget, sama kebodohan dan keteledoran yang dulu gue lakukan di SMP.
Kenapa dulu gue ingin sekali cepat cepat menanggalkan seragam kesayangan putih biru gue? Kenapa dulu gue ingin sekali cepat cepat perpisahan? Kelulusan? Gue menyesal. Nyesel nyia nyiain waktu yang gue punya dengan gitu aja. Emang bener kata pepatah, penyesalan selalu datang belakangan. Belakangan ini, setiap gue ingat masa SMP gue dulu, gue bisa dengan gampangnya meneteskan air mata. Lebay emang tapi beginilah gue, si melankolis.
Gue ingat betapa dulu awal masuk SMP dikelas 7D, gue masih merasa gak betah sama sekali dan kangen masa SD gue. Tapi gue menyesuaikan diri dengan cepat. Masa kelas 7 terlewati begitu aja karena kita semua masih dalam tahap pengenalan. Kelas 7 juga, adalah awal mula gue bertemu dua besties ever gue waktu SMP, Anggi dan Vira. Gue dan Vira awalnya emang udah satu kelas, tapi Anggi? Siapa yang sangka kalau dulu, gue dan Vira beneran musuh bebuyutan sama Anggi. Karena masalah sepele yang sejujurnya gue gak tau pangkal masalahnya apa.
Berlanjut di kelas 8, gue, Vira dan Anggi semakin akrab. Kita juga semakin sering main bareng. Disinilah titik dimana semua kedekatan mulai terjalin. Kelas gue, 8D, mulai menunjukan kekompakannya, kekeluargaannya, kenakalannya. Di kelas 8, kenangan manis mulai tercetak. Dimana dulu, kami, hampir satu kelas, pernah mencoba bolos di mata pelajaran tata busana dan malah pergi ke kantin. Sering dimarahi guru karena selalu diluar kelas. Mulai coba kasih garam di meja guru biar si guru mengantuk. Dan banyak kekonyolan yang dilakukan anak anak kelas gue dulu. Disini gue bisa jadi diri gue sendiri tanpa kemunafikan. Entah kenapa dulu, gue ingin cepat cepat jadi kakak kelas karena mungkin saat smp dulu, senioritas di SMP terasa banget.
Dan di akhir tahun masa SMP, dikelas 9, semua hal hal kecil terasa indah, terasa manis, semuanya jadi kenangan yang gak akan pernah terlupakan. Titik dimana saat kami semua akrab akrabnya, dekat dekatnya, saling dukung, tapi justru perpisahan udah didepan kelopak mata tanpa kami semua menyadarinya. Dikelas 9, kami pernah dihukum dijemur dilapangan bendera selama hampir tiga jam, karena kesalahan salah satu dari kami. dikelas 9, kami semua disibukkan untuk ujian. Sebelum ujian, pasti di adain bimbel. Dan masa itu, masa yang gak akan pernah bisa dilupain. Hampir setiap pulang sekolah gue, bersama Anggi dan kedua bodyguard gue sikembar Ega dan Egi, selalu bermain ditempat tongkrongan kita. Dulu, semua kerasa semudah bernafas. Sampe akhirnya bimbel, waktu main kami agak sedikit berkurang. Setiap istirahat kedua, kita semua shalat berjamaah dimasjid depan sekolah, dimana anak laki laki bergantian jadi Imam setiap harinya.
Ujian didepan mata, kami semua menjalaninya dengan baik. Sampai akhirnya tiba, dimana waktu bebas berlangsung sambil menunggu perpisahan. Gue ingat, ingat banget, dulu gue pengen banget cepet cepet perpisahan, karena gue bosen dengan keadaan bebas. Seandainya waktu bisa diputar, gue ga akan berharap seperti itu. Sampai akhirnya dimana waktu perpisahan itu tiba, waktu dimana untuk pertama kalinya, setelah tiga tahun satu angkatan, satu sekolah, dengan kelas berhadap hadapan, gue baru mulai Notice dengan dia. Saat itu, dia, dengan segala pesonanya mengisi acara hiburan diperpisahan sekolah kami, angkatan kami. Entah sejak saat itu, dunia gue terasa terpusat di dia dan yang lain keliatan ngeblur.
Tiga hari, hanya tiga hari setelah perpisahan, kami resmi berpacaran. Dalam tiga hari juga, dia yang baru gue kenal mampu merebut hati gue, dan membuat gue jatuh akan cinta sedalam itu. Hari hari gue berjalan gak seperti biasanya, hari hari gue saat itu dipenuhi dengan balon love berterbangan. Gue mulai mengenal dia perlahan lahan, memahami sifat dan karakternya. Dan semakin gue mencoba mengenal dia lebih dan lebih lagi, semakin dalam juga perasaan yang gue rasa untuk dia.
Selang dua minggu kemudian, tiba moment kelulusan. Moment pertama kali dimana kami, bertatap muka sedekat itu. Dengan tangan gue yang gemetaran memegang amplop kelulusan, dia yang dengan gayanya dari jauh memperhatikan gue dengan seksama. Setelahnya, hari hari gue terasa indah, bahagia tanpa banyak air mata, dihiasi penuh senyuman. Gue mulai mengikuti segala aktifitasnya, hobinya, kegiatannya, apapun yang dia suka. Gue mulai menemaninya latihan, gue menghabiskan hampir seharian waktu gue hanya untuk dia. Membelikannya sebotol minuman yang sama hampir setiap harinya karena apa? Karena gue ingin, dikemudian hari, saat dia meminum minuman yang sama seperti yang selalu gue berikan untuk dia, dia akan ingat gue. I know that reason is so silly.
Hampir setiap harinya kami bersama, bertemu, bertatap muka, rasanya kayak ga pernah ingin berakhir. Tapi ternyata, kebersamaan yang kita lalui, yang awalnya gue kira bisa berjalan lebih lama dari ini, berakhir secepat kami memulainya dulu. Tapi entah kenapa, rasa ini, gak berakhir dan hilang atau mati secepat dulu mulai muncul menghiasi hari hari gue. Dia pergi, tanpa alasan yang jelas, tanpa diskusi dan interupsi, seakan kebersamaan kita dulu gak pernah ada statusnya dimatanya.
Dia, seenggaknya jadi alasan kenapa Masa SMP gue terasa semenyenangkan ini. Suatu saat nanti, entah hal apa yang bisa bikin gue seyakin ini, gue yakin, suatu saat nanti dia akan menyesal menyia nyiakan semuanya. Meskipun dia gak memutuskan untuk kembali, seenggaknya menyesal dan memikirkan ulang hal bodoh yang dia lakuin ke gue pun udah lebih dari cukup. Gue hanya ingin dia tau, betapa berartinya dia untuk gue, dulu dan sekarang, tetap sama.
Komentar
Posting Komentar