Setelah semua hal yang terjadi, aku masih belum paham ; laki-laki macam apa yang dulu ku cintai. Kamu tau sayang, aku sudah sesabar apa? Aku rela tidak menuntutmu ini itu, karena kesibukanmu dan tak bisa sering-sering memberi kabar untukku. Aku tidak memintamu menghubungiku sepanjang waktu. Aku setia menjadi tempat curahan hatimu, tempat kamu membentak seluruh isi dunia, tempat kamu membenci hari-hari.
aku berusaha sekuat mungkin jadi dinding kokoh yang kau ludahi, kau coret-coret, kau kotori tanpa aku memaki balik. Apakah kau tak melihat kesabaran hati seorang perempuan dari semua sikapku yang selalu menahan diri untuk tak menangis di depanmu?
Kamu tak lihat air mataku, tak lihat juga seberapa parah lukaku selama ini. Aku tak pernah berusaha berteriak seperti kamu selalu meneriaki aku. Tak mau melukai kamu seperti kamu melukai aku. Sebutkan padaku, sayang, perempuan mana yang rela berdarah-darah untuk kamu selain ibumu dan aku? Perempuan mana yang ada bersamamu bahkan dalam sakit dan lemahmu kecuali ibumu dan aku? Apakah perempuan yang saat ini kau kejar itu bisa bertahan dengan bahkan dalam keadaan terburukmu? Apakah perempuan yang saat ini kamu kejar-kejar, perempuan yang selalu membuatku harus bersabar lebih banyak lagi, adalah perempuam yang pantas kamu datangi?
Sayang, sadarlah... Suatu saat nanti perempuan yang saat ini kamu kejar-kejar akan pergi. Pada akhirnya kamu akan terseok-seok berjalan kearahku. Namun masa itu belum datang, sayang. Saat ini kamu tidak pernah menganggapku. Kamu hanya melihatku dari sisi yang paling kamu benci. Kamu belum paham bahwa perempuan yang takut kehilangan kamu adalah perempuan yang sangat mencintai kamu. Masa itu belum datang, sayang.. Saat aku tak lagi memperdulikanmu dan kamu memohon-mohon memintaku pulang.
Kali ini biarkan hanya hatiku yang hancur sendirian, sayang. Biarkan aku yang terluka parah, biarkan aku yang menangis diam-diam sekarang. Tapi lihatlah nanti, suatu saat nanti sayang, air mataku berubah menjadi senyum tak berkesudahan. Aku tak tau mengapa perjuanganku hanya kau anggap angin lalu. Apa matamu tak terbuka untuk menyadari siapa perempuan yang selama ini jatuh bangun hanya untuk mencintaimu? Biarlah waktu yang membuatmu sadar, sayang. Permintaanku tak banyak, aku hanya ingin kamu yang dulu kembali. Entahlah... Rasanya aku sangat ingin kamu yang dulu. Sayang, aku rindu kamu yang dulu..
Komentar
Posting Komentar