Semua orang punya rumah, dalam arti sebenernya. Yang mau gue bahas disini adalah"rumah" yang bukan dalam arti sebenarnya.
Yang gue maksut disini adalah seseorang yang diibaratkan sebagai rumah. Tempat pulang sejauh apapun kita pergi.
Sama kayak gue sekarang ini, gue masih jadi rumah tempat dia bisa pulang setelah pergi terlalu jauh. Meskipun sekarang rumah ini lagi kosong ditinggal penghuninya yang lagi traveling.
Gue masih bersedia jadi rumah tempat lo selalu pulang, jadi tempat lo istirahat setelah terlalu capek pergi jauh, jadi tempat lo berlindung dari dunia luar.
Pulang kalau emang lo masih bersedia untuk pulang, gue akan menerima dengan bahagia, nyambut lo kalau lo mutusin untuk pulang. Tapi gue ga pernah mau maksa...
Tinggalin aja rumah ini seandainya lo udah nemu rumah yang baru, yang lebih bagus dan bikin nyaman. Jangan pulang lagi kalau emang lo ga berniat nempatin rumah ini lagi.
Biarin rumah ini nemu calon penghuninya yang baru..
Gue ga pernah ngerasa bener bener marah sama lo karna ga jelas kayak gini. Antara mau pulang atau pergi. Gue... Selalu punya cara buat maafin lo.
Did you ever think that maybe it wasn't that easy for me?
Maybe you hurt me?
Maybe i want you back?
Maybe i never really got over you?
Maybe i still love you?
And maybe i hate myself for it?
Rasanya ga jelas. Rasanya kayak ditarik ulur terus. Siapa yang minta gue untuk pergi? Selama ini... Setengah tahun ini... Gue selalu ikutin apa kata lo, apa maunya lo.
Lo mau gue pergi? Gue pergi. Tapi setiap gue pergi, rasanya lo selalu narik gue lagi. Giliran gue udah ketarik, lo justru ngulur gue lagi.. Nyakitin gue lagi... Seterusnya begitu.
Here is my dilemma... One half of me wants you. And the other half want to forget.
Gimana bisa lo selalu bikin gue begini? Tarik ulur sesukanya kayak lagi main layangan. Hati gue ga sebercanda itu.
I love you.. I have love you all along. I love you in any condition and under any circumstance.
Komentar
Posting Komentar